Friday, March 23, 2007

Cultural Trip

Hampir tiap 3 bulan sekali sekolah mengadakan cultural trip, mengunjungi tempat-tempat kebudayaan di Taiwan. Curtural trip pertama yang saya ikuti adalah ke Tainan. Satu kota di bagian selatan Taiwan. Dulu Tainan merupakan ibu kota Taiwan sebelum pindah ke Taipei. Di Tainan, kami melihat-lihat kuil.



Di Tainan juga ada bekas benteng di pinggir laut, waktu jaman Belanda dulu kalau gak salah ingat.
Waktu itu Linda gak ikut karena harus kerja.

Berikutnya, akhir Maret 2006, jalan ke arah utara, ke museum-museum. ini nama museumnya Gu Gong Bo Wu Guan.



Dari situ lanjut lagi ke Ying Ge, museum keramik. Tapi sebelumnya makan siang dulu. Menunya dibagi dua macam, untuk yang vegetarian dipisah, menunya khusus.



Waktu itu yang ikut jalan lumayan banyak. Ikut cultural trip dengan kampus nggak rugi, murah karena ada subsidi dari kampus. Tiap murid hanya bayar NT 200, sekitar Rp 50 ribu. Itu sudah termasuk biaya transport, makan siang, dan tiket masuk ke tempat-tempat wisata. Seringnya, masih ditambah dengan souvenir kecil. Kalau jalan sendiri, pasti jauh lebih mahal.



Juli 2006, jalan lagi ke arah selatan, Nan Tou. Kali ini bukan museum tapi tempat pembuatan keramik jaman dulu. Sekarang sudah nggak produksi lagi, hanya digunakan sebagai tempat wisata. Ada café dan toko souvenir. Disini semua barang-barangnya dari keramik. Mulai dari bantal keramik, kalau musim dingin, bisa diisi dengan air hangat. Pispot keramik, gelas keramik, piring keramik, pot bunga keramik. Pokoknya semua yang di belakangnya ada keramiknya, ada disini.



Dalam satu hari kami pergi ke dua tempat. Dari bekas pabrik keramik kami lanjut ke pabrik kertas. Kalau yang ini masih aktif berproduksi. Pembuatan kertasnya manual. Menurut saya managemen pabrik cukup cerdik, setiap pengunjung boleh mencoba membuat kertas sendiri. Ada guru yang membimbing step by step. Tentunya ada biaya yang harus dikeluarkan oleh pengunjung. Bisa ditiru ni.

Waktu itu kami semua juga membuat kertas masing-masing dan membuat kipas kertas. Prosesnya betul-betul dari awal, mulai dari pulp, dimasukkan dalam cetakan, kemudian dipres lalu dipanaskan. Kertas dihias macam-macam, mulai dari menulis nama, diberi gambar bunga, sampai cap tangan. Semua menggunakan bahan yang sama, pulp. Hanya warnanya saja yang bervariasi.



Oktober 2006, perjalanan ke Lu Gang. Lu Gang merupakan salah satu kota tua di Taiwan. Dulu kota tersebut ramai sekali, merupakan salah satu kota pelabuhan. Nggak tahu kenapa, sekarang kalah dengan Taipei. Apa karena Taipei ibu kota ya? Jadi pembangunannya lebih diprioritaskan.





Di Lu Gang kami mampir ke salah satu rumah orang yang cukup terpandang jaman dulu. Sekarang rumahnya dijadikan semacam museum.



Harusnya di dalam gak boleh foto-foto. Dasar bandel, jadinya ya nyuri-nyuri foto. Kalau nggak, mana bisa dipamerin di sini. Ada baju, sepatu, mesin jahit, setrika, becak, alat musik, mainan panggung (puppet), harusnya masih ada ranjang, patung pengantin, dll. Tapi gak sempat kefoto. Maklum, waktu itu nggak bawa camera sendiri.



Oya, Sepatunya itu, kecil sekali. Jaman dulu, setiap bangsawan di China, khusus untuk yang wanita, sebelum memakai sepatu kakinya diikat dulu. Saya juga kurang jelas kenapa. Katanya si, supaya lebih anggun. Akibatnya, kakinya nggak bisa bertumbuh seperti orang normal, orang dewasa seperti kaki bayi. Nenek saya dulu, kakinya juga kecil, bangsawan. LoL.

Di depan rumah ada taman. Nggak terlalu besar tapi cukup bagus untuk foto-foto. Ada juga permainan tradisional.



Ini beberapa sudut lain dari kota Lu Gang.



Ini cultural trip terakhir saya bareng anak-anak Feng Chia University. Karena saya tidak melanjutkan study lagi di Feng Chia. Rencana mau pulang Indonesia, tapi mampir dulu di Hong Kong untuk ngembangin bisnis sekalian jalan-jalan.

I miss you, Guys!

Tambahan…. 花蓮 (Hua Lian)

Kalau yang ini pergi berduaan aja, gak bareng kampus. Waktu liburan tanggal 5-7 Oktober 2006. Hua Lian itu kota di sebelah timur Taiwan, dekat dengan pantai.



Yang terkenal dari Hua Lian adalah 太魯閣Tarroko, jejeran tebing-tebing di sepanjang jalan. Tebing-tebing tersebut terbentuk secara alami, bagus sekali. Ini salah satu bukti kebesaran Tuhan.



Ada yang tahu, tebing ini seperti apa?



Posting jawaban Anda di comment!

Tuesday, March 13, 2007

Feng Chia University

逢甲大學 (Feng Chia University) termasuk salah satu kampus yang fasilitasnya lengkap. Selain fasilitas untuk kebutuhan akademis seperti perpustakaan, ruang komputer plus internet, juga tersedia berbagai fasilitas seperti lapangan olah raga, kolam renang, gym, dan berbagai alat-alat lain untuk mendukung kegiatan mahasiswa. Tamannya juga bagus, walaupun tidak terlalu besar.



Di seluruh kampus juga terdapat jaringan wireless internet connection (wi-fi). Jadi bisa online di mana saja.



Pertama kali belajar bahasa Mandarin di Feng Chia University, ya seperti anak TK yang diajari ABCD… Liat aja tulisan di papan tu. Pertama-tama disuruh hafalin abjadnya dulu. Itu abjad untuk baca tulisan.



Yang di tengah-tengah lagi sibuk motong kue Tart, kebetulan waktu level satu dapat guru yang baik, Yao 老師 (Lao Shi), guru Yao, tiap hari selalu ada makanan. Jadi dari rumah gak perlu sarapan.

Setelah hafal abjadnya, disuruh baca dialog, maju ke depan kelas, percakapan. Kira-kira seperti gini lha.



Waktu level 1, tiap hari ada tes kecil. Jadi mau gak mau harus belajar, ngafalin tulisan. Ada baiknya juga si, jadi sering latihan nulis. Tulisannya cepat hafal.
Ini teman-teman kelas waktu level 1. Mayoritas orang Indonesia. Yang di tengah itu Yao Lao Shi.



Tiap 3 bulan sekali naik kelas. Akhir semester ada libur kira-kira 1 minggu. Nah, Ini waktu level 2.



Lulus level 2, saya dan Linda sama-sama dapat beasiswa. Kami masing-masing dapat NT 60.000, terimanya NT 10.000/ bulan selama 6 bulan. Lumayan, tambah dikit bisa untuk bayar uang sekolah 1 tahun. Ini prestasi yang patut dibanggakan. Pasangan, dua-duanya dapat beasiswa. Syarat untuk dapat beasiswa pertama dilihat dari nilai, lalu keaktifan di kelas, ditambah penilaian dari guru-guru. Setiap murid hanya bisa dapat beasiswa sekali. Coba bisa dua atau tiga kali, mungkin saya masih lanjut terus. LoL.

Tinggal di sekitar Feng Chia University sangat 方便 (Fang Bian), praktis. Dekat pasar malam, mau cari apa aja ada. Berbagai macam makanan tersedia. Tiap malam minggu pasti ramai, pasar malamnya terkenal. Rasanya orang-orang dari seluruh penjuru Taichung pada ngumpul disitu. Jadi pusat kota. Coba aja kalau pas main-main ke Taichung, tanya 逢甲夜市 (Feng Chia Ye Shi), semua orang pasti tahu.

Kalau di Indonesia, orang-orang jalan-jalan ke Mal. Tapi di Taiwan, orang-orang jalan-jalannya ke Ye Shi. Untuk yang senang shopping dan makan, ini surganya. Kalau Linda senang shopping. Abis terima gaji, jalan-jalan ke Ye Shi cari baju atau sepatu. Kalau saya senangnya makan. Ini salah satu langganan saya, biasa beli 蛋炒飯 (Dan Chao Fan), nasi goreng telur.



Belajar bahasa di Feng Chia University sangat menarik. Kami tidak hanya sekedar belajar menulis dan membaca tapi kami juga belajar berbagai macam kebudayaan China, seperti Kaligrafi, Feng Shui, catur China, pengobatan China, Puppet Show, kerajinan tangan, dan masih banyak lagi yang lain. Itu merupakan mata pelajaran pilihan.





Setiap hari raya besar, kampus membuat acara. Seperti saat Chinese New Year 2006, ada berbagai pertunjukkan, sumbangan dari para murid dari berbagai negara.



Ada juga permainan, rebutan hadiah. Hadiah disediakan oleh masing-masing murid. Sebelumnya hadiah diacak dan dibagikan lagi. Sehingga setiap orang memegang satu macam hadiah tapi bukan hadiahnya sendiri. Setiap kaki dari mereka yang ikut bermain, diberi balon. Bila kita menginginkan hadiah yang dibawa oleh orang tersebut, kita harus memecahkan balon yang ada di kakinya. Waktu itu saya nggak ikut permainan ini karena buru-buru harus kerja.



Setiap ada perayaan hari besar China, kampus selalu mengundang kami untuk makan di restaurant. Hanya saja, setiap kali perayaan, restaurantnya selalu sama, nama restaurantnya Mei Nong Ban Tiao. Mulai dari tahun baru China, dragon boat festival, pergantian musim dari musim panas ke musim dingin. Mungkin karena itu restaurant yang paling dekat dengan kampus.



Tiap semester selalu ada cultural trip. Sering juga ada pertandingan antar murid. Pertandingan untuk meningkatkan kemampuan bahasa Mandarin.

Waktu itu kelas saya menang The Best Script Writing. Padahal nyontoh di Extravaganza. Orang Taiwan kan gak tahu. LoL

Abis short play contest berikutnya ada singing contest. Lomba nyanyi lagu Mandarin. Awalnya saya nggak mau ikutan, tapi karena perwakilan dari kelas saya kurang, akhirnya nekat aja deh. Persiapan cuma satu minggu. Gak taunya saya ada bakat nyanyi juga. LoL.



Waktu itu saya nyanyi dua lagu, yang pertama duet bareng Linda, 美麗的神話 (Mei Li De Shen Hua), lagunya Jacky Chan duet dengan cewek Korea, juara satu ni.







Yang kedua 不怕不怕 (Bu Pa Bu Pa), dinyanyiin rame-rame, ber-4 dengan Susi dan Bi Xia, juara 2.







Ada juga Challenge Contest, lombanya macam-macam. Mulai dari cepat-cepatan baca tulisan, mulut diisi air terus disuruh nyampaikan pesan berantai ke teman-teman sekelompok, lempar dart, keras-kerasan teriak dalam bahasa Mandarin, apa lagi ya?
Oya, nyusun puzzle huruf kanji.

Dalam waktu satu tahun, banyak kenangan yang saya dapatkan. Saya sekolah bahasa di Feng Chia University hanya sampai level 4. Saya mutusin untuk tidak melanjutkan lagi ke level berikutnya. Karena saya merasa sudah waktunya saya fokus membangun jaringan bisnis saya di Indonesia. Linda tetap melanjutkan belajar bahasa. Kebetulan adiknya Linda, Dedy juga nyusul ke Taiwan untuk belajar bahasa di Feng Chia University.

Tanggal 29 November 2006, saya berangkat dari Taiwan ke Hong Kong untuk ngembangin jaringan bisnis saya. Kebetulan ada saudara di Hong Kong. Ini foto perpisahan dengan guru-guru, petugas di kantor tata usaha dan beberapa teman.



Selama sekolah di Feng Chia saya juga ikut kegiatan ekstra kurikuler. Kebetulan hobby saya adalah bela diri Aikido. Pengen seperti Steven Seagal.



Saya latihan mulai dari sabuk putih. Sempat ngikuti ujian kenaikan tingkat 2 kali. Terakhir sabuk orange. Saya mulai latihan Aikido sejak kelas 3 SMA. Tapi sempat vakum beberapa tahun.

Saya juga sempat ikut pertandingan antar universitas se-Taiwan.



Ini beberapa aksi saya waktu bertanding.



Walaupun saya dan pasangan saya tidak menang dalam pertandingan waktu itu tapi kampus kami berhasil membawa pulang banyak piala dan piagam.



Di Aikido club tersebut, hanya saya sendirian yang orang luar negeri. Lainnya orang Taiwan. Tapi mereka menganggap saya sebagai saudara. Saya tidak merasa seperti orang asing disana.

Yah, seperti biasa, ada pertemuan pasti ada perpisahan. Selesai pertandingan, malamnya kami makan bersama, acara perpisahan saya.

Friday, March 02, 2007

Fendi Kerja di Taiwan

Waktu awal masuk sekolah, saya sempat telepon kantor perwakilan Tianshi di Taipei, waktu itu sebatas say hello saja. Gak lama saya ditelepon balik, katanya ada juga distributor Tianshi dari Indonesia, kuliah di Feng Chia University, kebetulan satu kampus, pas banget. Namanya Eko. Waktu itu kantor perwakilan Tianshi sudah buka tapi belum grand opening. Grand openingnya tanggal 7 Januari 2006.

Beberapa hari kemudian, saya ditelpon sama Eko, kita ketemuan, kenalan, makan malam bareng, trus mampir ke rumah sewaannya, ngobrol. Saya ditawari kerjaan di tempat kerjanya dia. Kerjanya di depot yang jual Bian Dang, bagian nyebar brosur. Karena kebetulan depot itu melayani pesan antar. Saya langsung mau. 2-3 hari kemudian, saya mulai kerja. Pertama kali diajari sama si Jerry, orang Indonesia juga. Dulu dia yang bagian nyebar brosur disana.



Yang pakai kaca mata tu Eko, tau kan yang mana Jerry? Ini foto tempat kerja saya.



甲味燒肉飯 (Jia Wei Shao Rou Fan), nama depotnya Jia Wei, masakan specialnya nasi daging panggang. Usaha ini juga difranchisekan. Siapa yang mau beli franchisenya? Bisa beli lewat saya. LOL

Sekarang saya dan Linda sudah sama-sama punya kerjaan. Range jam kerja saya mulai dari jam 10.00 s/d jam 18.00. Tapi karena mulai hari Senin s/d Kamis, jam 12.00 baru pulang sekolah, jadi saya biasanya jam 12.30 baru pergi kerja. Perjalanan kurang lebih 30 menit. Sampai tempat kerja, makan siang dulu, gratis. Jadi kira-kira jam 13.00 mulai nyebar brosur. Kalau hari Jum’at, sekolahnya cuma sampai jam 10.00 jadi berangkat kerjanya lebih pagi.

Jadi tiap hari pulang sekolah saya nyebar brosur ke kantor-kantor, toko-toko, dan rumah-rumah. Kerjanya nak sepeda campur jalan kaki.



Seringkali di sela-sela waktu bekerja, saya mampir ke taman untuk istirahat, kadang-kadang sambil tidur siang, LOL. Nyuri waktu dikit, kerja 5 jam, tidur 2 jam. Di Taichung banyak taman kota, biasanya setiap sore selalu ramai, banyak orang berolah raga, anak-anak bermain, dan orang-orang tua yang duduk-duduk sambil ngobrol.



Itu seragam polisi Taiwan. Waktu itu ada acaranya polisi di taman dan kebetulan ada polisi yang lewat saya minta tolong dia fotoin. Untung aja dia gak tau kalau saya lagi kerja. Kalau tau bisa ketangkap trus dipulangin ke Indonesia. Karena dengan visa pelajar seperti yang saya gunakan, seharusnya gak boleh kerja, illegal. Kecuali untuk anak-anak yang sekolah D2 atau S1 karena mereka punya ijin kerja. Tapi sekarang anak-anak yang belajar bahasa juga bisa applu untuk dapat ijin kerja, dengan catatan sudah satu tahun di Taiwan.

Setiap hari kurang lebih jam 17.00 saya pulang kerja. Sebelum pulang, bungkus nasi dulu, bawa pulang untuk makan malam kami berdua. Lumayan, selama kerja disana gak pernah keluar uang makan, kecuali pas weekend, karena setiap hari Sabtu dan Minggu saya gak kerja.

Oya, pertama kali kerja bayaran saya NT 90/ jam. Linda waktu kerja di Huo Guo juga sama. Tapi waktu jadi baby sitter, NT 200/ jam. Yang paling banyak, kalau bisa ngajar Inggris. Untuk orang Asia, minimal NT 500/ jam. Kalau orang bule, lulusan S1, bisa sampai NT 1.000/ jam. Hitung aja sendiri, bisa dapat berapa dia per bulan?
Luar biasa bukan? Makanya, perdalam kemampuan bahasanya. Bahasa apa aja, siapa tahu suatu saat Anda ke negara yang butuh dengan bahasa yang Anda kuasai, Anda bisa dapat duit banyak tanpa perlu kerja kasar.



Sebelum saya beli komputer sendiri, pulang kerja saya mampir dulu ke kampus, biasa, internetan. Sampai kira-kira jam 21.00 saya pulang rumah, mandi, kalau ada PR ya kerja PR, kalau pas besoknya ada tes, ya belajar. Sambil nunggu Linda pulang kerja. Kalau Linda gak lembur, kita biasanya makan malam bareng.

Waktu awal-awal di Taiwan, setiap hari kegiatannya ya seperti itu. Pagi sekolah, siang sampai sore kerja, malam kerja PR atau belajar, kadang nonton TV bentar, terus tidur dah.
Kadang-kadang jalan-jalan ke pasar malam, kebetulan di kampus tempat kita belajar bahasa terkenal dengan pasar malamnya, rame banget. Apalagi kalau malam minggu. Barang-barang juga murah. Kalau sempat main ke Taichung, bilang aja Feng Chia Ye Shi, semua orang pasti tahu.

Pas mulai musim dingin, belum ada kerjaan, badan kurang gerak. Tiap hari badan rasanya meriang, seperti orang masuk angin. Waktu itu di Taiwan dinginnya sampai 5°C. Pakai baju kaos plus sweater, di luarnya pakai jaket kulit lagi karena anginnya besar.



Bandingkan, orang Korea dan orang Indonesia. Kita udah kedinginan, udah sampai pakai syal gitu, dia bilang, “kalau di Korea, ini summer.” Weleh. Maklum, disana sampai turun salju. Kalau di Taiwan gak ada salju, paling dingin cuma 5°C.


Saya betah kerja di sini. Yang pertama karena jam kerjanya fleksibel, kalau misalnya ada urusan lain, gak bisa kerja, gak masalah. Biasanya kampus suka ngadain cultural trip, jalan-jalan keluar kota. Yang kedua, Bosnya juga baik banget. Orang-orang yang kerja di sana, semua seperti saudara. Makan siang, bareng dengan Bos. Yang cewek tu Bosnya.



Setiap tahun ada perayaan tahun baru China, semua karyawan diundang makan. Ada door prize, hadiahnya lumayan gede. Tapi waktu itu saya gak dapat. Pernah juga diajak berlibur ke 墾丁(Ken Ding), 2 hari, gratis, semua biaya ditanggung Bos.



Ada beberapa teman lain juga yang pernah kerja bareng saya disana. Tapi gak ada yang bertahan. Ada yang kerja 2 bulan, dikeluarin, kepala tokonya bilang, “Dia nyebar brosur, gak ada responnya.” Ada lagi yang lain, kerja beberapa hari, gak kuat jalan. Apalagi pas musim panas. Untunglah selama saya nyebar brosur disana, responnya bagus, artinya banyak yang telpon, pesan Bian Dang. Rahasianya cuma satu, setiap berangkat kerja, saya selalu berdoa dulu supaya responnya bagus. And it’s work, yeah!

Bulan Agustus s/d September 2006, saya pulang ke Indonesia satu bulan. Kembali ke Taiwan, kerja lagi, gaji saya naik jadi NT 100/ jam, lumayan lha. Saya kerja disana sampai akhir November 2006 karena saya mutusin untuk tidak melanjutkan studi, saya mutusin pulang ke Indonesia untuk mulai membangun asset saya. Saya sangat terharu karena Bos membuat acara perpisahan untuk saya.



Sebelum pulang ke Indonesia, dari Taiwan saya mampir ke Hong Kong untuk ngembangin jaringan bisnis saya, kebetulan di Hong Kong ada saudara. Tanggal 29 November 2006, saya terbang ke Hong Kong.