Antara bulan Oktober-November 2005 saya berada di Sumbawa Besar, kota kelahiran saya. Sumbawa Besar merupakan sebuah kota kecil di propinsi Nusa Tenggara Barat (NTB). Karena kota kecil, keadaannya jauh lebih sepi dari Surabaya. Hidup di Sumbawa terasa lebih santai, tidak gampang stress karena macet-macetan di jalan. Di Sumbawa juga tidak ada tempat hiburan seperti di Surabaya, jadi duitnya awet. Saya biasanya cuma kumpul-kumpul dengan teman, ngobrol kesana kemari.
Senang rasanya bisa kumpul lagi bareng teman lama. Ingat-ingat lagi waktu masih sekolah dulu. Terus terang, selama saya sekolah, saya paling senang pas waktu SMP. Rasanya hidup tanpa beban, tiap hari bisa kumpul teman. Kalau waktu di Surabaya, mau kumpul teman agak susah, mau kemana-mana jauh. Kalau di Sumbawa, mau kemana-mana tinggal jalan kaki atau naik sepeda aja.
Sebagian besar teman saya sudah memiliki usaha sendiri. Ada yang buka toko, usaha tambak udang, dagang hasil bumi, dan lain-lain. Ini salah satu toko teman akrab saya dari kecil, Jeffry. Tokonya di kecamatan Empang, sekitar 100 km dari Sumbawa Besar.
Kalau ini tokonya kakak saya yang paling besar. Jualan barang-barang elektronik. Kita biasanya duduk-duduk ngobrol di depan toko aja.
Waktu itu, kami juga sempat buat acara. Kumpulin semua teman, malam-malam setelah tutup toko, kami bakar ikan di pinggir pantai. Ikannya bener-bener segar. Baru ditangkap, langsung dibakar.
Pengen banget bisa sering-sering seperti ini. Ini salah satu impian saya. Mesra kan?
Yeah, TOAST 4 Success
Oya, sebelum pulang ke Sumbawa, saya sempat hadir di acara Vision Seminar tanggal 9 Oktober 2005 di ballroom PTC. Vision Seminar itu pertemuan terbesar Unicore. Unicore adalah support system yang mengajarkan bagaimana cara menjalankan bisnis Tianshi. Kebetulan waktu itu pembicaranya adalah peringkat tertinggi se-Asia Tenggara, Bapak Louis Tendean.
Saya ingin memperkuat keyakinan saya terhadap Tianshi. Saya ingin melihat sendiri, bagaimana si Pak Louis? Sehingga nantinya saya juga bisa bercerita dengan yakin kepada orang lain. Waktu itu saya juga sempat foto bareng.
Ini bareng sponsor saya dan downline saya yang pertama. Dari kiri ke kanan, Charles, downline saya yang pertama, terus ini yang paling tinggi, Pak Juanda, Pak Louis, dan saya. Fotonya kurang jelas, maklumlah, pakai Hp.
Bagi Anda yang belum bergabung dengan Tianshi, jangan putuskan untuk bergabung dulu sebelum Anda hadir di Vision Seminar. Sedangkan bagi Anda yang sudah bergabung tapi masih belum yakin, datang ke Vision Seminar terdekat dan buktikan sendiri. Bila Anda ingin tau, seperti apa si Vision Seminar itu? Kunjungi link berikut
http://www.unitedcorevision.blogspot.com
Saya pulang ke Sumbawa dengan membawa beberapa starter kit, produk dan alat bantu dari Surabaya karena waktu itu di Sumbawa belum ada stockist. Saya join Tianshi 13 Juni 2005. ID# saya 7913.9717
Selama bulan Juni sampai Oktober saya di Surabaya, saya tidak pernah melakukan presentasi sendiri. Saya cuma belajar dari OPP, melihat Pak Juanda dan Pak Geofanny melakukan presentasi. Tapi luar biasanya, waktu saya di Sumbawa, saya langsung bisa melakukan presentasi sendiri. Karena yang dipresentasikan kan itu-itu aja. Saya sampai sering bilang ke jaringan saya, “burung beo aja kalau tiap hari didengarin kaset Presentasi Standardnya dari Unicore, suatu saat pasti bisa presentasi.” Itulah hebatnya sebuah system. Apalagi support system Unicore sudah terbukti sukses. Sudah banyak sekali orang yang sukses di bisnis ini karena mengikuti system yang diajarkan oleh Unicore.
Saya sempat di Sumbawa kurang lebih 1 bulan. Saya genjot kerja, bangun jaringan dengan cara offline tentunya. Waktu itu saya masih belum memiliki dana untuk membuat website. Karena menurut orang-orang yang saya kenal di MLM online yang dulu itu, kalau mau jalankan bisnis dengan cara online, ya harus punya website. Waktu itu untuk buat website perlu dana sekitar Rp 5 juta. Itu masih belum ditambah biaya maintenance dan promosi. Kalau untuk buat website saja si bisa, tapi bagaimana dengan biaya operasionalnya? Terpaksa harus saya tunda dulu impian saya. Bukan berarti saya lupakan. Saya yakin, suatu saat saya pasti akan dapat mewujudkan impian saya, saya pasti menemukan jalan keluar.
Satu bulan mengembangkan Tianshi di Sumbawa, saya merasa menemukan jalan untuk mewujudkan impian saya. Saya mulai sadar bahwa untuk memiliki sebuah bisnis yang bisa dikerjakan kapan saja dan dimana saja, tidak harus secara online. Contohnya Tianshi. Tianshi dapat dikerjakan anyplace-anytime. Karena Tianshi sudah memiliki jaringan di lebih dari 200 negara. Jadi, dimanapun kita berada, kita bisa menjalankan bisnis tersebut. Kita bisa memiliki jaringan dimana saja di seluruh dunia. Walaupun kita pindah ke negara lain sekalipun, kita tidak perlu mulai dari awal lagi, tidak perlu mendaftar lagi. Keanggotaannya berlaku internasional. Dimanapun kita belanja produk, omset kita tetap diperhitungkan, tetap diakumulasi tanpa batas waktu.
Dalam hidup, kita selalu dihadapkan dengan pilihan. Dan pilihan itu ada di tangan kita. Hanya kita yang berhak menentukan jalan hidup kita sendiri. Tidak ada orang lain yang bisa mengatur. Saat saya merasa sudah menemukan kembali jalan saya, saya sudah tidak memiliki keinginan yang kuat lagi untuk berangkat ke Taiwan. Tapi karena sudah terlanjur mengurus semuanya, akhirnya saya bilang pada diri saya, “kalau visa keluar, berarti saya harus berangkat. Kalau visa tidak keluar, berarti saya tetap di Sumbawa untuk mengembangkan jaringan saya.” Waktu itu kabarnya, visa untuk ke Taiwan agak susah. Daripada bingung milih, gitu aja paling gampang. Dan kebetulan juga, saya dapat info dari Pak Louis, pas ketemu waktu Vision Seminar, bahwa kantor perwakilan Tianshi di Taiwan akan segera buka.
Akhir Oktober 2005, visa saya keluar. Berarti saya harus berangkat ke Taiwan. 1 bulan membangun jaringan, harus saya tinggalkan untuk berangkat ke Taiwan. Saya tidak bisa berbuat banyak waktu itu. Saya mendapat cukup banyak downline dalam waktu 1 bulan. Kakak kandung saya, ponakan saya, teman SMP saya. Saya wariskan ilmu dan alat bantu seadanya. Maklum, masih baru jadi ilmunya terbatas. Waktu itu di Sumbawa belum ada stockist, jadi urusan pesan barang dan bonus, diurus sama ponakan saya.
Pertengahan November 2005 saya kembali ke Surabaya untuk menyiapkan segala keperluan sebelum berangkat ke Taiwan. Saya juga membawa beberapa alat bantu, materi-materi untuk saya belajar. Tepat tanggal 19 November 2005 malam, saya dan Linda berangkat ke Taiwan. Tanggal 20 November 2005 pagi, kami tiba di Taiwan, dijemput kakak ipar saya. Waktu itu mulai masuk musim dingin.
Wednesday, January 03, 2007
Tuesday, January 02, 2007
Liburan di Lombok
Sambil menjalankan Tianshi di Sumbawa, saya sempatkan untuk jalan-jalan di Lombok selama 1 minggu penuh bersama tunangan saya dan dua orang teman. Saat itu saya benar-benar merasakan apa yang dinamakan kebebasan. Saya benar-benar menikmati liburan itu. Liburan itu benar-benar memperkuat impian saya untuk segera bebas finansial. Sehingga saya bisa berlibur bersama keluarga atau teman kemana saja dan kapan saja saya mau.
Lombok merupakan sebuah pulau di propinsi Nusa Tenggara Barat. Di peta, letaknya persis di sebelah timur pulau Bali.
Di Lombok terdapat 3 pulau kecil, yaitu Gili Air, Gili Meno dan Gili Trawangan. Kami sempat main ke Gili Trawangan, sebuah pulau kecil yang masih masuk dalam wilayah Lombok. Kami harus menyeberang lagi naik perahu kecil. Penyeberangan sekitar 20 menit untuk sampai kesana.
Dari Mataram, kami naik mobil ke arah pantai Senggigi, terus sampai ke tempat penyeberangan. Tempat parkir mobil kira-kira 200 meter dari tempat penyeberangan, jadi kami harus naik dokar, kalau di Lombok namanya Cidomo.
Pantainya bersih sekali. Airnya jernih. Saya dan teman saya, Heri juga sempat snorkeling disana. Taman lautnya bagus sekali. Suatu saat Anda harus sempatkan untuk main kesana. Lombok bisa dijadikan tempat liburan alternatif selain Bali.
Itu tulisannya Di&Da, artinya Fendi & Linda.
Dalam perjalanan dari tempat penyeberangan ke Gili Trawangan ke Cakranegara, di pinggir jalan kami masih bisa melihat monyet-monyet berkeliaran di jalan. Kami berhenti sebentar, ngasih makanan.
Kalau Bali terkenal dengan pantai Kuta, di Lombok juga ada pantai Kuta. Bedanya kalau di Bali daerah Kuta sangat ramai sekali, banyak pertokoan dan sebagainya. Sedangkan di Kuta di Lombok semuanya masih alami. Anda tidak akan melihat toko berjejer-jejer atau restaurant Mc Donald seperti di Kuta Bali.
Ini mobil yang kami pakai selama di Lombok. Anda bisa lihat, di belakang itu toko yang menjual celana, baju dan toko yang menyewakan peralatan berselancar. Bandingkan sendiri dengan Kuta Bali. Nah, yang di belakang itu, teman saya, Heri. Walaupun badannya gede, tapi dia bukan gigolo lho.
Nah, ini anjing kampung, asli Lombok. Lucu ndak?
Oya, di pantai Kuta Lombok saya pertama kali berselancar. Pertamanya, saya pikir surfing itu gampang, tau-taunya gak kayak surfing di internet. Kebetulan ditawari sama toko yang nyewakan papan selancar, hitung-hitung, gak mahal juga. Waktu itu kalau ndak salah sekitar Rp 300 ribu. Terserah mau surfing berapa jam pun. Setelah deal, janjian. Besoknya, pagi-pagi sekitar jam 8, kami siap berangkat.
Dalam bayangan saya tempat berselancarnya seperti di Kuta, Bali, di pantai. Jadi yang nungguin bisa duduk-duduk di pinggir pantai. Eh, ternyata selancarnya di tengah laut. Kita harus naik perahu kecil untuk sampai ke tengah. Karena disana ombaknya yang cukup besar.
Wah, pas baru aja turun ke air, papan saya langsung didorong sama ombak yang cukup besar. Pertama sempat bingung juga, eh, eh, gimana ni, saya gak tau harus ngapain. Didorong terus sampai ke pinggir. Ada perasaan ngeri juga. Nah, dari pinggir kan harus kembali lagi ke tengah, nunggu ombak gede, trus meluncur lagi. Wah, ini dia. Kalau berenang tanpa papan, rasanya gampang. Asal dayung saja, pasti jalan. Tapi dengan papan, waktu itu kayaknya susah banget. Udah didayung tapi gak jalan-jalan, tangan sudah capek, ganti dayung pakai kaki, sama juga.
Orang-orang lain, yang kebetulan main selancar bareng sudah bolak-balik 10-15 kali, kita baru 2 kali. Bikin malu ni.
Yang kasihan, yang nunggu di atas perahu. Cewek 2 orang. Tunangan saya, Linda dan satu teman lagi, Yeni. Karena perahunya terus goyang-goyang, akhirnya pusing juga, mabuk laut, sampai muntah. Hahaha…
Dari situ Linda sempat trauma kalau naik perahu atau kapal luat. Bahkan naik bis dan pesawat pun sempat ada perasaan ingin muntah.
Oya, waktu di Lombok, kami juga makan makanan khas Lombok, Sate Ampet, sate usus, kayaknya si usus ayam. Kalau Anda ke Lombok, harus makan ni. Waktu itu makannya di Suranadi, salah satu tempat wisata juga. Tapi sayang, sekarang Suranadi tidak seperti dulu, sekitar 10-15 tahun yang lalu, waktu saya masih SMP. Sudah tidak terawat. Banyak tempat wisata di Lombok yang tidak terawat.
Selain sate Ampet, makanan khas yang terkenal, ayam bakar Taliwang. Enak SKL (sekali) ni, ada pelecing kangkungnya juga. Untuk yang senang pedas, cocok BGT (banget).
Dari Lombok, kami berempat melanjutkan perjalanan ke Sumbawa Besar. Dari pelabuhan Lombok, Anda bisa melihat gunung Rinjani, dekat sekali, keren. Kayaknya dulu si gunung berapi, tapi sudah lama gak aktif. Di lereng gunung Rinjani ada danau Segara Anak. Kakak saya yang paling besar dulu pernah mendaki gunung Rinjani. Kalau Anda senang daki gunung, bisa jadi alternatif ni.
Linda : "I'm Flying Pen"
Wah, kalau gini jadi ingat film Titanic.
"Lin, You Jump I Jump!
Btw, Dalam gak ya?"
Perjalanan dari Lombok ke Sumbawa makan waktu sekitar 6 jam, termasuk penyeberangan kurang lebih 1,5-2 jam.
Lombok merupakan sebuah pulau di propinsi Nusa Tenggara Barat. Di peta, letaknya persis di sebelah timur pulau Bali.
Di Lombok terdapat 3 pulau kecil, yaitu Gili Air, Gili Meno dan Gili Trawangan. Kami sempat main ke Gili Trawangan, sebuah pulau kecil yang masih masuk dalam wilayah Lombok. Kami harus menyeberang lagi naik perahu kecil. Penyeberangan sekitar 20 menit untuk sampai kesana.
Dari Mataram, kami naik mobil ke arah pantai Senggigi, terus sampai ke tempat penyeberangan. Tempat parkir mobil kira-kira 200 meter dari tempat penyeberangan, jadi kami harus naik dokar, kalau di Lombok namanya Cidomo.
Pantainya bersih sekali. Airnya jernih. Saya dan teman saya, Heri juga sempat snorkeling disana. Taman lautnya bagus sekali. Suatu saat Anda harus sempatkan untuk main kesana. Lombok bisa dijadikan tempat liburan alternatif selain Bali.
Itu tulisannya Di&Da, artinya Fendi & Linda.
Dalam perjalanan dari tempat penyeberangan ke Gili Trawangan ke Cakranegara, di pinggir jalan kami masih bisa melihat monyet-monyet berkeliaran di jalan. Kami berhenti sebentar, ngasih makanan.
Kalau Bali terkenal dengan pantai Kuta, di Lombok juga ada pantai Kuta. Bedanya kalau di Bali daerah Kuta sangat ramai sekali, banyak pertokoan dan sebagainya. Sedangkan di Kuta di Lombok semuanya masih alami. Anda tidak akan melihat toko berjejer-jejer atau restaurant Mc Donald seperti di Kuta Bali.
Ini mobil yang kami pakai selama di Lombok. Anda bisa lihat, di belakang itu toko yang menjual celana, baju dan toko yang menyewakan peralatan berselancar. Bandingkan sendiri dengan Kuta Bali. Nah, yang di belakang itu, teman saya, Heri. Walaupun badannya gede, tapi dia bukan gigolo lho.
Nah, ini anjing kampung, asli Lombok. Lucu ndak?
Oya, di pantai Kuta Lombok saya pertama kali berselancar. Pertamanya, saya pikir surfing itu gampang, tau-taunya gak kayak surfing di internet. Kebetulan ditawari sama toko yang nyewakan papan selancar, hitung-hitung, gak mahal juga. Waktu itu kalau ndak salah sekitar Rp 300 ribu. Terserah mau surfing berapa jam pun. Setelah deal, janjian. Besoknya, pagi-pagi sekitar jam 8, kami siap berangkat.
Dalam bayangan saya tempat berselancarnya seperti di Kuta, Bali, di pantai. Jadi yang nungguin bisa duduk-duduk di pinggir pantai. Eh, ternyata selancarnya di tengah laut. Kita harus naik perahu kecil untuk sampai ke tengah. Karena disana ombaknya yang cukup besar.
Wah, pas baru aja turun ke air, papan saya langsung didorong sama ombak yang cukup besar. Pertama sempat bingung juga, eh, eh, gimana ni, saya gak tau harus ngapain. Didorong terus sampai ke pinggir. Ada perasaan ngeri juga. Nah, dari pinggir kan harus kembali lagi ke tengah, nunggu ombak gede, trus meluncur lagi. Wah, ini dia. Kalau berenang tanpa papan, rasanya gampang. Asal dayung saja, pasti jalan. Tapi dengan papan, waktu itu kayaknya susah banget. Udah didayung tapi gak jalan-jalan, tangan sudah capek, ganti dayung pakai kaki, sama juga.
Orang-orang lain, yang kebetulan main selancar bareng sudah bolak-balik 10-15 kali, kita baru 2 kali. Bikin malu ni.
Yang kasihan, yang nunggu di atas perahu. Cewek 2 orang. Tunangan saya, Linda dan satu teman lagi, Yeni. Karena perahunya terus goyang-goyang, akhirnya pusing juga, mabuk laut, sampai muntah. Hahaha…
Dari situ Linda sempat trauma kalau naik perahu atau kapal luat. Bahkan naik bis dan pesawat pun sempat ada perasaan ingin muntah.
Oya, waktu di Lombok, kami juga makan makanan khas Lombok, Sate Ampet, sate usus, kayaknya si usus ayam. Kalau Anda ke Lombok, harus makan ni. Waktu itu makannya di Suranadi, salah satu tempat wisata juga. Tapi sayang, sekarang Suranadi tidak seperti dulu, sekitar 10-15 tahun yang lalu, waktu saya masih SMP. Sudah tidak terawat. Banyak tempat wisata di Lombok yang tidak terawat.
Selain sate Ampet, makanan khas yang terkenal, ayam bakar Taliwang. Enak SKL (sekali) ni, ada pelecing kangkungnya juga. Untuk yang senang pedas, cocok BGT (banget).
Dari Lombok, kami berempat melanjutkan perjalanan ke Sumbawa Besar. Dari pelabuhan Lombok, Anda bisa melihat gunung Rinjani, dekat sekali, keren. Kayaknya dulu si gunung berapi, tapi sudah lama gak aktif. Di lereng gunung Rinjani ada danau Segara Anak. Kakak saya yang paling besar dulu pernah mendaki gunung Rinjani. Kalau Anda senang daki gunung, bisa jadi alternatif ni.
Linda : "I'm Flying Pen"
Wah, kalau gini jadi ingat film Titanic.
"Lin, You Jump I Jump!
Btw, Dalam gak ya?"
Perjalanan dari Lombok ke Sumbawa makan waktu sekitar 6 jam, termasuk penyeberangan kurang lebih 1,5-2 jam.
Internet Marketing
Sejak bergabung dengan bisnis online tersebut, saya semakin rajin online. Setiap hari, setelah makan malam, saya selalu online. Saya sangat serius menjalankan bisnis tersebut. Saya benar-benar merasa seperti seorang internet marketer. Sedikit demi sedikit saya belajar dan mulai mengerti tentang internet marketing.
Kira-kira 6 bulan saya menjalankannya, saya tidak mendapatkan penghasilan apa-apa. Yang pertama karena saya sendiri tidak mengerti tentang produk yang saya tawarkan. Produknya berupa alat-alat finansial, yang untuk saya sendiri, saya merasa tidak ada manfaatnya.
Tapi saya sama sekali tidak menyesal, walaupun selama 6 bulan itu sebagian besar gaji saya, saya investasikan untuk menjalankan bisnis tersebut. Mulai dari sambungan internet di rumah, biaya promosi di internet, iuran bulanan yang harus saya bayar. Karena yang dijual sebenarnya bukan produk, tapi keanggotaan. Selama saya menjadi anggota, saya harus membayar iuran bulanan. Apabila saya mendapat downline, dan selama downline tersebut masih menjadi anggota, maka saya akan mendapat bonus dari iuran yang dibayarkan downline saya. Memang waktu itu sempat terjadi pro dan kontra, apakah bisnis ini adalah money game.
Akhirnya karena saya sendiri merasa bahwa produknya tidak bermanfaat untuk saya, maka saya putuskan untuk mengundurkan diri. Sebelum saya mengundurkan diri, ada salah satu crossline saya, waktu itu kita sering chating. Selain menjalankan bisnis ini, dia juga menjalankan bisnis lainnya, MLM. MLM yang asalnya dijalankan secara offline, dia jalankan dengan cara online.
Kebetulan saya pernah ditawari MLM yang sama oleh teman saya tapi saya tidak tertarik, karena menurut saya produknya tidak unik. Dan waktu itu saya juga lagi serius dengan bisnis online saya.
Tiba-tiba saya teringat kejadian 2 tahun sebelumnya, kira-kira tahun 2003, saya masih usaha produk bayi, mama saya menderita osteoporosis. Setiap hari mama saya selalu mengeluh tentang lututnya. Beliau bilang, kalau dipakai jalan, apalagi naik tangga, kebetulan rumah saya bertingkat, tempurung lututnya terasa seperti mau lepas. Sudah ke dokter, diberi Calsium, tapi tidak ada hasil.
Sebelumnya saya sudah pernah mendegar tentang khasiat Calsium Tianshi dari temannya tunangan saya. Akhirnya saya putuskan untuk mencoba memberikan mama saya Calsium Tianshi. Dalam hati saya bilang, “tidak ada salahnya mencoba, siapa tau benar-benar berkhasiat.” Saya langsung ke stockist yang ada di Darmo Park. Kebetulan saya pernah diajak kesana oleh temannya tunangan saya itu. Pertama saya membeli 1 kotak Calsium I. Setelah habis, saya beli lagi 1 kotak, kali ini Calcium 2. Setelah mengkonsumsi kira-kira satu bulan, keluhannya hilang.
Dulu saya taunya kalau Tianshi cuma jualan Calsium, ndak tau produk yang lainnya. Dan setau saya, tidak ada MLM lain yang jualan Calsium. Juga di pasaran, tidak ada Calsium seperti punya Tianshi, karena mama saya sendiri sudah ke dokter, tapi tidak ada hasilnya.
Saya tetap fokus pada impian saya. Saya ingin memiliki bisnis yang bisa saya kerjakan dimana saja, kapan saja. Saya juga ingin menjadi seorang internet marketer yang sukses. Saya ingin setiap hari saya bisa keliling dunia tanpa kuatir meninggalkan bisnis saya karena saya bisa mengerjakan bisnis saya dari mana saja dan kapan saja saya mau. Saya sering membayangkan saya sedang duduk di café, mengerjakan bisnis saya melalui sebuah laptop, ditemani secangkir kopi hangat dan snack. Saya juga sering membayangkan, saya lagi duduk di pinggir kolam renang, mengerjakan bisnis saya sambil menemani anak-anak dan istri saya berenang, walaupun saya belum menikah dan punya anak.
Fokus pada impian Anda, maka Anda pasti akan menemukan jalan. Seberapapun sulitnya masalah yang Anda hadapi saat ini, tetap fokus pada impian Anda.
Karena info yang saya dapat dari crossline saya di bisnis sebelumnya, bahwa MLM offline juga bisa dikerjakan secara online, dan dari pengalaman mama saya mengkonsumsi produk Tianshi, maka saya lalu memutuskan pilihan saya pada Tianshi. Malam itu juga saya langsung menelepon Pak Juanda, sponsor saya.
Pak, gimana kabarnya?
“Baik”.
Pak Juanda masih jalan di Tianshi?
“Masih.”
Saya masih ingat, jawabnya santai banget. Mungkin karena waktu itu beliau sudah *7 ya. Coba kalau baru *3, pasti semangat sekali jawabnya.
Aku mau daftar, besok aku ke kantor ya pak.
“Silahkan.”
Besoknya, jam istirahat siang, waktu itu status saya masih sebagai karyawan, saya langsung cepat-cepat ke kantornya Pak Juanda untuk mengisi formulir pendaftaran. Saya join *1 dulu, bayar uang pendaftaran Rp 85ribu.
Oya, saya masih ingat. Waktu itu kebetulan saya lagi menjalankan MLM lain, selain yang di internet itu. MLM yang produknya asuransi kecelakaan. Yang nawari manager saya di perusahaan terakhir saya bekerja. Jadi sekalian, saya join Tianshi, saya juga prospek Pak Juanda untuk join di MLM asuransi saya itu. Jadi tukar-tukaran bisnis. Cuma dari awal Pak Juanda sudah bilang kalau dia sudah fokus di Tianshi, gak bakal jalankan bisnis MLM asuransi itu. Mungkin karena dia sungkan aja sama saya, makanya join. Paling ndak kan dapat perlindungan asuransi 1 tahun. Tapi saya juga sudah berhenti, karena repot, harus diperpanjang tiap tahun. Kalau lupa, ulang dari awal. Kalau di Tianshi kan, sekali untuk selamanya. Gak perlu takut lupa. Lagian sudah ada support system yang ngajarkan kita bagaimana cara menjalankan bisnisnya.
Nah, sejak saya join di Tianshi, saya makin sering online. Saya putuskan untuk mengundurkan diri dari MLM online saya yang sebelumnya itu. Saya mulai mikirkan cara, bagaimana membuat supaya Tianshi bisa dikerjakan secara online?
Awal join di Tianshi, saya tidak pernah ke pertemuan-pertemuannya. Dalam hati saya pikir, kalau nanti saya menjalankan Tianshi secara online, saya tidak butuh pertemuan-pertemuan offline seperti itu. Tapi karena beberapa kali diajak sama Pak Juanda, akhirnya ya sudah, saya coba datang.
Datang pertama kali, saya sempat heran. Wah, lihat orang-orang disana rapi amat, pakai jas semua. Jujur, dulu saya merasa aneh liat pemandangan seperti itu. Malahan saya pernah datang ke pertemuan OPP pakai baju kaos, celana pendek dan sandal. Waktu itu OPPnya di hotel Garden Palace Surabaya. Dalam pikiran saya, kalau saya menjalankan Tianshi secara online, siapa yang akan melihat saya? Saya bisa menjalankan Tianshi anyplace-anytime, dari tempat tidur pun saya bisa. Ngapain saya harus pakai jas?
Hebatnya, waktu itu Pak Juanda, sponsor saya ndak marah, juga ndak negur saya supaya OPP berikutnya ndak pakai celana pendek lagi. Beliau cuma bilang, “wah”, sambil senyum-senyum gitu. Akhirnya saya yang merasa gak enak sendiri, sungkan dengan yang lainnya. Mulai itu saya ndak pernah pakai celana pendek lagi, tapi juga masih risih pakai jas.
Sejak pertama kali datang ke OPP, saya mulai rajin ke OPP. Karena saya merasa saya mendapatkan sesuatu yang baru. Selain mulai mengerti tentang bisnisnya, setiap OPP pembicaranya selalu beda. Nah pasti ada sesuatu yang saya dapatkan, yang bisa saya gunakan pada saat saya mempresentasi orang lain. Dulu saya sama sekali tidak bisa presentasi. Ada beberapa prospek, saya bawa ke Pak Juanda, Pak Juanda yang bantu presentasi. Pernah juga saya dibantu oleh adik iparnya Pak Juanda, itu Pak Geofanny.
Sebelumnya, sekitar bulan Febuari 2005 saya memiliki rencana ingin berangkat ke Taiwan untuk sekolah bahasa. Tetapi rencananya tersebut tidak ada kelanjutannya. Tiba-tiba sekitar Juni 2005, tunangan saya waktu itu, bicara lagi masalah ke Taiwan, dan akhirnya kami putuskan untuk berangkat bersama ke Taiwan, sekolah bahasa mandarin sambil bekerja part time. Saya pengen ganti suasana. Dalam pikiran saya, kalau-kalau selama di Taiwan saya bisa mendapatkan sesuatu. Waktu itu saya masih dalam keadaan down, saya sedang mencari-cari jalan. Saya tidak tau harus berbuat apa.
Perkiraan saya, awal September kami bisa berangkat ke Taiwan. Jadi awal Agustus 2005 saya putuskan untuk resign dari pekerjaan saya yang terakhir. Karena waktu itu saya merasa jenuh dengan pekerjaan saya. Dan pada tanggal 1 September 2005 saya resmi berhenti.
Ternyata meleset, setelah keluar dari kerjaan saya yang terakhir, visa belum keluar. Saya nganggur, gak ada kerjaan. Padahal saya tetap butuh uang untuk kebutuhan sehari-hari, pulsa handphone, sambungan internet, dan lain-lain. Waktu itu saya belum memperoleh penghasilan dari Tianshi karena masih baru.
Nah, waktu kerja di perusahaan lama, jabatan saya adalah marketing & promotion staff. Saya banyak kenal dengan orang-orang dari bidang usaha advertising, yang jualan souvenir untuk promosi. Waktu itu saya tertarik dengan satu produk, menurut saya unik dan untungnya juga lumayan. Produknya adalah gantungan kunci karet. Bisa dicetak sesuai pesanan konsumen.
Saya contact suppliernya, kebetulan sebelumnya kita sudah kenal, jadi ngomongnya lebih enak. Akhirnya saya nyari order, dia yang garap produksinya. Saya hubungi teman-teman dan kenalan-kenalan saya, saya tawari. Saya juga pasang iklan di internet. Karena fokus saya, saya tetap ingin menjadi internet marketer. Dari situ saya dapat duit lumayan. Waktu itu dalam satu bulan saya bisa dapat lebih dari gaji saya di perusahaan terakhir saya bekerja. Uang itu juga yang saya pakai untuk liburan di Lombok. Jadi waktu itu, selain jalani Tianshi, saya juga usaha jualan gantungan kunci karet.
Rencana saya waktu itu, saya ingin mengembangkan Tianshi di tempat kelahiran saya, Sumbawa Besar, NTB. Tapi karena saya nunggu pertemuan akbar Unicore, Vision Seminar. Waktu itu diadakan tanggal 9 Oktober 2005, saya sengaja menunda waktu untuk pulang ke Sumbawa. Beberapa hari setelah Vision Seminar, saya pulang ke Sumbawa.
Kira-kira 6 bulan saya menjalankannya, saya tidak mendapatkan penghasilan apa-apa. Yang pertama karena saya sendiri tidak mengerti tentang produk yang saya tawarkan. Produknya berupa alat-alat finansial, yang untuk saya sendiri, saya merasa tidak ada manfaatnya.
Tapi saya sama sekali tidak menyesal, walaupun selama 6 bulan itu sebagian besar gaji saya, saya investasikan untuk menjalankan bisnis tersebut. Mulai dari sambungan internet di rumah, biaya promosi di internet, iuran bulanan yang harus saya bayar. Karena yang dijual sebenarnya bukan produk, tapi keanggotaan. Selama saya menjadi anggota, saya harus membayar iuran bulanan. Apabila saya mendapat downline, dan selama downline tersebut masih menjadi anggota, maka saya akan mendapat bonus dari iuran yang dibayarkan downline saya. Memang waktu itu sempat terjadi pro dan kontra, apakah bisnis ini adalah money game.
Akhirnya karena saya sendiri merasa bahwa produknya tidak bermanfaat untuk saya, maka saya putuskan untuk mengundurkan diri. Sebelum saya mengundurkan diri, ada salah satu crossline saya, waktu itu kita sering chating. Selain menjalankan bisnis ini, dia juga menjalankan bisnis lainnya, MLM. MLM yang asalnya dijalankan secara offline, dia jalankan dengan cara online.
Kebetulan saya pernah ditawari MLM yang sama oleh teman saya tapi saya tidak tertarik, karena menurut saya produknya tidak unik. Dan waktu itu saya juga lagi serius dengan bisnis online saya.
Tiba-tiba saya teringat kejadian 2 tahun sebelumnya, kira-kira tahun 2003, saya masih usaha produk bayi, mama saya menderita osteoporosis. Setiap hari mama saya selalu mengeluh tentang lututnya. Beliau bilang, kalau dipakai jalan, apalagi naik tangga, kebetulan rumah saya bertingkat, tempurung lututnya terasa seperti mau lepas. Sudah ke dokter, diberi Calsium, tapi tidak ada hasil.
Sebelumnya saya sudah pernah mendegar tentang khasiat Calsium Tianshi dari temannya tunangan saya. Akhirnya saya putuskan untuk mencoba memberikan mama saya Calsium Tianshi. Dalam hati saya bilang, “tidak ada salahnya mencoba, siapa tau benar-benar berkhasiat.” Saya langsung ke stockist yang ada di Darmo Park. Kebetulan saya pernah diajak kesana oleh temannya tunangan saya itu. Pertama saya membeli 1 kotak Calsium I. Setelah habis, saya beli lagi 1 kotak, kali ini Calcium 2. Setelah mengkonsumsi kira-kira satu bulan, keluhannya hilang.
Dulu saya taunya kalau Tianshi cuma jualan Calsium, ndak tau produk yang lainnya. Dan setau saya, tidak ada MLM lain yang jualan Calsium. Juga di pasaran, tidak ada Calsium seperti punya Tianshi, karena mama saya sendiri sudah ke dokter, tapi tidak ada hasilnya.
Saya tetap fokus pada impian saya. Saya ingin memiliki bisnis yang bisa saya kerjakan dimana saja, kapan saja. Saya juga ingin menjadi seorang internet marketer yang sukses. Saya ingin setiap hari saya bisa keliling dunia tanpa kuatir meninggalkan bisnis saya karena saya bisa mengerjakan bisnis saya dari mana saja dan kapan saja saya mau. Saya sering membayangkan saya sedang duduk di café, mengerjakan bisnis saya melalui sebuah laptop, ditemani secangkir kopi hangat dan snack. Saya juga sering membayangkan, saya lagi duduk di pinggir kolam renang, mengerjakan bisnis saya sambil menemani anak-anak dan istri saya berenang, walaupun saya belum menikah dan punya anak.
Fokus pada impian Anda, maka Anda pasti akan menemukan jalan. Seberapapun sulitnya masalah yang Anda hadapi saat ini, tetap fokus pada impian Anda.
Karena info yang saya dapat dari crossline saya di bisnis sebelumnya, bahwa MLM offline juga bisa dikerjakan secara online, dan dari pengalaman mama saya mengkonsumsi produk Tianshi, maka saya lalu memutuskan pilihan saya pada Tianshi. Malam itu juga saya langsung menelepon Pak Juanda, sponsor saya.
Pak, gimana kabarnya?
“Baik”.
Pak Juanda masih jalan di Tianshi?
“Masih.”
Saya masih ingat, jawabnya santai banget. Mungkin karena waktu itu beliau sudah *7 ya. Coba kalau baru *3, pasti semangat sekali jawabnya.
Aku mau daftar, besok aku ke kantor ya pak.
“Silahkan.”
Besoknya, jam istirahat siang, waktu itu status saya masih sebagai karyawan, saya langsung cepat-cepat ke kantornya Pak Juanda untuk mengisi formulir pendaftaran. Saya join *1 dulu, bayar uang pendaftaran Rp 85ribu.
Oya, saya masih ingat. Waktu itu kebetulan saya lagi menjalankan MLM lain, selain yang di internet itu. MLM yang produknya asuransi kecelakaan. Yang nawari manager saya di perusahaan terakhir saya bekerja. Jadi sekalian, saya join Tianshi, saya juga prospek Pak Juanda untuk join di MLM asuransi saya itu. Jadi tukar-tukaran bisnis. Cuma dari awal Pak Juanda sudah bilang kalau dia sudah fokus di Tianshi, gak bakal jalankan bisnis MLM asuransi itu. Mungkin karena dia sungkan aja sama saya, makanya join. Paling ndak kan dapat perlindungan asuransi 1 tahun. Tapi saya juga sudah berhenti, karena repot, harus diperpanjang tiap tahun. Kalau lupa, ulang dari awal. Kalau di Tianshi kan, sekali untuk selamanya. Gak perlu takut lupa. Lagian sudah ada support system yang ngajarkan kita bagaimana cara menjalankan bisnisnya.
Nah, sejak saya join di Tianshi, saya makin sering online. Saya putuskan untuk mengundurkan diri dari MLM online saya yang sebelumnya itu. Saya mulai mikirkan cara, bagaimana membuat supaya Tianshi bisa dikerjakan secara online?
Awal join di Tianshi, saya tidak pernah ke pertemuan-pertemuannya. Dalam hati saya pikir, kalau nanti saya menjalankan Tianshi secara online, saya tidak butuh pertemuan-pertemuan offline seperti itu. Tapi karena beberapa kali diajak sama Pak Juanda, akhirnya ya sudah, saya coba datang.
Datang pertama kali, saya sempat heran. Wah, lihat orang-orang disana rapi amat, pakai jas semua. Jujur, dulu saya merasa aneh liat pemandangan seperti itu. Malahan saya pernah datang ke pertemuan OPP pakai baju kaos, celana pendek dan sandal. Waktu itu OPPnya di hotel Garden Palace Surabaya. Dalam pikiran saya, kalau saya menjalankan Tianshi secara online, siapa yang akan melihat saya? Saya bisa menjalankan Tianshi anyplace-anytime, dari tempat tidur pun saya bisa. Ngapain saya harus pakai jas?
Hebatnya, waktu itu Pak Juanda, sponsor saya ndak marah, juga ndak negur saya supaya OPP berikutnya ndak pakai celana pendek lagi. Beliau cuma bilang, “wah”, sambil senyum-senyum gitu. Akhirnya saya yang merasa gak enak sendiri, sungkan dengan yang lainnya. Mulai itu saya ndak pernah pakai celana pendek lagi, tapi juga masih risih pakai jas.
Sejak pertama kali datang ke OPP, saya mulai rajin ke OPP. Karena saya merasa saya mendapatkan sesuatu yang baru. Selain mulai mengerti tentang bisnisnya, setiap OPP pembicaranya selalu beda. Nah pasti ada sesuatu yang saya dapatkan, yang bisa saya gunakan pada saat saya mempresentasi orang lain. Dulu saya sama sekali tidak bisa presentasi. Ada beberapa prospek, saya bawa ke Pak Juanda, Pak Juanda yang bantu presentasi. Pernah juga saya dibantu oleh adik iparnya Pak Juanda, itu Pak Geofanny.
Sebelumnya, sekitar bulan Febuari 2005 saya memiliki rencana ingin berangkat ke Taiwan untuk sekolah bahasa. Tetapi rencananya tersebut tidak ada kelanjutannya. Tiba-tiba sekitar Juni 2005, tunangan saya waktu itu, bicara lagi masalah ke Taiwan, dan akhirnya kami putuskan untuk berangkat bersama ke Taiwan, sekolah bahasa mandarin sambil bekerja part time. Saya pengen ganti suasana. Dalam pikiran saya, kalau-kalau selama di Taiwan saya bisa mendapatkan sesuatu. Waktu itu saya masih dalam keadaan down, saya sedang mencari-cari jalan. Saya tidak tau harus berbuat apa.
Perkiraan saya, awal September kami bisa berangkat ke Taiwan. Jadi awal Agustus 2005 saya putuskan untuk resign dari pekerjaan saya yang terakhir. Karena waktu itu saya merasa jenuh dengan pekerjaan saya. Dan pada tanggal 1 September 2005 saya resmi berhenti.
Ternyata meleset, setelah keluar dari kerjaan saya yang terakhir, visa belum keluar. Saya nganggur, gak ada kerjaan. Padahal saya tetap butuh uang untuk kebutuhan sehari-hari, pulsa handphone, sambungan internet, dan lain-lain. Waktu itu saya belum memperoleh penghasilan dari Tianshi karena masih baru.
Nah, waktu kerja di perusahaan lama, jabatan saya adalah marketing & promotion staff. Saya banyak kenal dengan orang-orang dari bidang usaha advertising, yang jualan souvenir untuk promosi. Waktu itu saya tertarik dengan satu produk, menurut saya unik dan untungnya juga lumayan. Produknya adalah gantungan kunci karet. Bisa dicetak sesuai pesanan konsumen.
Saya contact suppliernya, kebetulan sebelumnya kita sudah kenal, jadi ngomongnya lebih enak. Akhirnya saya nyari order, dia yang garap produksinya. Saya hubungi teman-teman dan kenalan-kenalan saya, saya tawari. Saya juga pasang iklan di internet. Karena fokus saya, saya tetap ingin menjadi internet marketer. Dari situ saya dapat duit lumayan. Waktu itu dalam satu bulan saya bisa dapat lebih dari gaji saya di perusahaan terakhir saya bekerja. Uang itu juga yang saya pakai untuk liburan di Lombok. Jadi waktu itu, selain jalani Tianshi, saya juga usaha jualan gantungan kunci karet.
Rencana saya waktu itu, saya ingin mengembangkan Tianshi di tempat kelahiran saya, Sumbawa Besar, NTB. Tapi karena saya nunggu pertemuan akbar Unicore, Vision Seminar. Waktu itu diadakan tanggal 9 Oktober 2005, saya sengaja menunda waktu untuk pulang ke Sumbawa. Beberapa hari setelah Vision Seminar, saya pulang ke Sumbawa.
Kerja
Sebelum lulus kuliah, pas lagi garap skripsi, saya sudah kerja sebagai sales mobil Mitsubishi. Waktu itu saya sebagai sales force, kelilingan terus kerjanya. Padahal gak tau juga, mau keliling kemana. Seringnya pulang rumah, tidur siang. Saya gak tau, supervisor saya tau gak ya kelakuan salesnya? Sekarang saya bukain semua, gak papa. Udah lewat. Sekarang dia jadi sponsor saya. Kerja bareng lagi.
Kerja jadi sales mobil 4 bulan, saya pindah ke perusahaan lain, jadi sales elektronik merk LG. Benernya si, saya sudah kerasan jadi sales mobil. Tapi karena godaan, gaji yang leibh tinggi, ya mau gak mau. Selain itu, perusahaannya juga giat sekali follow up saya. Panggilan pertama saya gak datang. Saya bilang dalam hati, “Ngapain, saya sudah punya kerjaan. Lagian disana sama aja, sales.” Eh, dipanggil lagi yang kedua. Karena gak enak, saya datang. Ngisi form macam-macam, sempat interview juga dengan kepala cabangnya. Malah saya sempat nawari dia mobil, untuk operasional kantor. Tapi waktu itu katanya dia sudah beli. Ndak lama, saya ditelpon, kalau gak salah, hari Rabu disuruh mampir ke kantor, ngambil surat pengantar untuk psiko test. Saya gak ambil surat pengantarnya. Hari Sabtu baru saya mampir, eh gak taunya, suratnya sudah diantar ke rumah. Bayangkan coba, pernah ndak Anda ngalami seperti itu? Dikejar-kejar ama perusahaan. Itu masa jaya-jayanya saya kali ya?
Bulan pertama kerja di sana, wah gajinya kok banyak ya? Asalnya waktu kerja jadi sales mobil, gaji cuma Rp 250rb, cuma cukup buat makan siang 1 kali dan buat beli bensin motor. Waktu itu harga bensin masih seribu lebih. Sekarang terima gaji Rp 1jt. Luar biasa kan? 4 kali lipat. Bulan kedua, masih kerasa banyak. Bulan ketiga, kok Rp 1jt rasanya sedikit ya? Sudah mulai kurang. Padahal masih ada bonus lain kalau penjualannya bagus. Tapi saya gak bisa nabung. Kalau waktu jadi sales mobil, walaupun gajinya Cuma Rp 250 ribu, tapi sampingannya, banyak. Jadi walalupun dalam satu bulan cuma jual 1 mobil, saya tetap bisa dapat duit banyak.
Lima bulan jadi sales electronic, saya keluar. Karena bosan. Bayangkan, setiap sales dikasi tanggung jawab untuk megang 20an toko, dalam dan luar kota. Setiap hari ada barang yang harus ditawari ke toko-toko itu. Jadi setiap hari kerjanya ya nelponin 20 toko itu. Pertama kali nelpon, masih basa basi, kedua kali juga masih ada bahan untuk basa basi sedikit. Lama-lama? Udah gak tau mau ngomong apa? Nah, itu yang buat saya bosan, ketemu dengan orang yang sama terus setiap hari. Itu sekitar tahun 2002. Tapi nanti kalau sama istri, pasti beda dong. Gak mungkin bosan.
Di waktu yang sama saudara saya nawari untuk jadi distributor produk bayi. Kebetulan saudara saya ditunjuk oleh pabrik produk bayi untuk jadi distributor di Jawa Timur. Jadi saya berhenti kerja selain bosan, juga karena pengen fokus di produk bayi. Sebelum saya keluar, saya sempat double kerjaan. Sambil keliling elektronik, saya juga keliling produk bayi. Nyuri-nyuri waktu gitu. Biasanya nelpon toko-toko itu pagi jam 9 jam 10an. Mulai jam 11 atau setelah makan siang di kantor, keluar untuk nagih. Biasanya toko-toko gak mau kalau didatangi jam segitu, sore baru boleh nagih. Ya udah, daripada buang waktu, saya keliling ke baby shop-baby shop, nawari produk bayi.
Kerja double itu lumayan menyita waktu. Pulang kerja, abis makan malam, saya mulai nyiapin produk bayi untuk besok dikirim. Mulai dari buat nota, ngepak barang, ngirim barang, semua saya kerjakan sendiri. Memang makan waktu dan tenaga. Tapi justru disitu saya merasa, kalau kita sibuk, kita malah jadi lebih bisa ngatur waktu. Lebih bisa menghargai waktu. Artinya apa? Di dalam kesempitan, asal mau, kita pasti bisa menemukan kesempatan. Kreativitas kita akan muncul dengan sendirinya.
Malahan setelah berhenti kerja dan memutuskan untuk fokus di produk bayi, saya malah jadi gak karuan. Pagi yang biasanya jam 7 sudah bangun, sekarang jam 10 atau jam 11 baru bangun. Abis itu, kalau malas, gak keliling. Atau kalau pas lagi keliling, udah rencana ni, mau mapir ke toko A misalnya. Eh, di tengah jalan, lagi asik-asik nyetir, teman nelpon “Dimana? Mampir sini dulu.” Jadi muter stir, belok, ke tempat teman dulu. Akhirnya gak nyari orderan. Ya, itulah tantangannya kalau kerja sendiri, jadi bos atas diri sendiri. Harus bisa disiplin.
Untung dorongan dalam diri saya cukup kuat. Saya mau berubah. Bagaimana caranya? Mulai saya cari karyawan, bagian gudang, 1 orang untuk bantu saya ngepak dan ngirim barang. Karyawan masuk jam 8, masak bos bangun jam 10? Kan gak lucu? Berarti karyawan dibayar nganggur dong? Mulai itu, saya biasa bangun pagi lagi. Saya dulu gak tahan kalau liat karyawan saya nganggur, ada perasaan rugi. Makanya kalau pas dia lagi nganggur, saya suruh dia stok opname, ngitung sisa barang yang ada di gudang. Biar gak rugi. Hahaha…
Cukup lama saya kerja produk bayi, waktu itu usaha sempat berkembang, saya punya 2 orang karyawan, 1 orang bagian gudang, 1 orang lagi administrasi. Saya bagian keliling, nyari order. Waktu kerja di electonic, setiap nagih, balik ke kantor bawa cek puluhan juta, ratusan juta. Barang elektronik kan mahal. Waktu kerja produk bayi, dapat cek 1 juta aja, senangnya minta ampun. Udah mulai ngitung, wah, dapat untung berapa ni ya? Maklum, duit sendiri. Kalau udah untung agak lumayan, makan siangnya di tempat yang agak enakan, apalagi kalau nagih, terima duit cash. Waktu itu managemen keuangannya kacau.
Nah, waktu saya kerja produk bayi, omset paling tinggi Rp 30 juta sebulan, tiba-tiba supervisor saya di dealer mobil dulu, Pak Juanda nelpon saya,
“Fen, gimana kabarnya? Ada waktu maen ke kantor.”
Ok pak, nanti saya mampir.
Namanya juga bos atas diri sendiri, mau kemana aja, kapan aja, gak masalah.
Saya mampir ke kantornya, disitu saya ditawari sebuah bisnis MLM. Saya sudah sering dengar sebelumnya, juga pernah dipresentasi. Tapi waktu itu, saya gak nyantol blas apa yang disampaikan. Terus terang saya ndak pernah negatif dengan MLM, tapi saya belum ngerti aja. Saya taunya MLM itu nyari orang, dengan agak maksa-maksa dikit. Trus penghasilannya menurut saya agak gak masuk akal. Jadi waktu itu saya cuma bilang, ya, saya pikir-pikir dulu deh pak, sambil senyum-senyum. Akhirnya saya lupakan begitu saja.
Kurang lebih 1,5 tahun kerja produk bayi, dengan terpaksa perusahaan saya harus tutup. Karena pabrik yang menyuplai produk bayi bermasalah. Nah, disini mulai saya mengalami masa-masa susah. Sempat saya nganggur 3 bulan, gak ada kerjaan. Suruh ngelamar kerja, saya males. Saya sudah merasakan enaknya kerja sendiri. Nganggur 3 bulan, saya dapat duitnya ya dari saudara saya itu, yang nawari jadi distributor produk bayi. Saya sungkan mau minta sama orang tua. Saudara saya itu sering nyuruh saya untuk ngantar surat penawaran ke PLN Gresik, kebetulan bisnis utamanya adalah general supplier alat-alat teknik. Saya sering bantu-bantu. Sering dikasi duit juga. Jadi selama 3 bulan itu, saya hidupnya dari situ.
Abis itu, waktu itu lagi musimnya direct mail. Lagi booming, dimana-mana di Surabaya, banyak muncul majalah iklan baru. Buat majalah iklan yang disebar ke rumah-rumah. Teman saya ngajak saya kerja sama buat direct mail. Isinya mobil-mobil yang mau dijual. Waktu itu ngitung-ngitung, modalnya kok kecil banget ya? Cuma Rp 5 juta sudah bisa. Nekat, kita buat. Udah pasang deadline, terbit tanggal sekian. Mulai keliling nyari orderan, nyari orang yang mau pasang iklan. Ternyata, udah dekat deadlinenya, tidak ada yang mau pasang iklan. Tapi mau bagaimana lagi? Edisi perdana, mau gak mau harus terbit. Untuk menarik kepercayaan konsumen. Akhirnya dipaksa terbit, mobilnya siapa saja yang ada, dipajang, buat rame-ramean, mobilnya saudara sepupu saya waktu itu, kebetulan dia tinggal serumah dengan saya. Mobilnya teman saya yang lain, biar penuh. Akhirnya terbit edisi perdana, garapnya sampai lembur-lembur, sampai pagi gak tidur. Edisi perdana terbit 8 halaman. Bayangkan, hanya 8 halaman, termasuk cover (4 halaman).
Usaha itu sempat jalan beberapa bulan. Selama itu, duit yang didapat cuma cukup untuk nutup biaya cetak saja. Biaya operasional lainnya, ditutup pakai tabungan masing-masing. Salah perhitungan, ternyata duit Rp 5 juta itu cuma cukup untuk biaya cetak. Biaya operasional tidak pernah diperhitungkan. Namanya juga pengusaha baru. Jadi belum tau seluk beluknya. Dulu waktu kerja produk bayi kan gak pake modal, barangnya disupply dulu, laku baru bayar.
Usaha direct mail sudah mulai kembang kempis, kita mulai mikir banting stir. Banting stir mulai coba-coba usaha advertising. Buat papan iklan. Kebetulan ada teman yang usaha buat papan iklan. Dia nawari kerja sama. Saya yang nyari order, untuk pembuatannya di sub kontrak ke teman saya itu. Sejak pertama kali berdiri, mulai dari direct mail, sampai advertising, kita sempat bertahan 1 tahun tanpa hasil. Disini saya mulai bingung. Mulai stress, setiap hari mikirin gimana caranya dapat duit? Sampai-sampai saya ndak bisa tidur. Rasanya otak ndak pernah berhenti mikir. Terus terang waktu itu saya bener-bener merasakan yang namanya stress.
Di tengah-tengah stress yang berat, saya bertemu dengan temannya tunangan saya, waktu itu masih pacar. Kebetulan dia Bos besar. Masih muda, sudah jadi bos. Neruskan usaha orang tua. Saya beranikan diri untuk ketemu dengan dia. Maksudnya mau ngajak kerja sama buat majalah iklan. Di rumah saya sudah nyiapkan apa yang mau diomongkan, tapi tanpa proposal tertulis. Omong punya omong, akhirnya saya ditawari untuk kerja di perusahaannya. Karena butuh dana, tawaran itu saya terima. Saya bekerja sebagai marketing & promotion staff. Dengan gaji awal Rp 1,5 juta. Usaha direct mail dan advertising saya tutup. Partner saya yang masih melanjutkan sendiri untuk usaha advertisingnya.
6 bulan kerja di tempat baru, gaji saya habis untuk bayar hutang yang harus saya tanggung di usaha saya yang sebelumnya.
Seperti yang sudah-sudah, saya juga mulai bosan bekerja disitu. Setiap hari saya harus pergi pagi, pulang petang, penghasilan pas-pasan. Selain itu saya juga gak pernah betah untuk seharian stay di kantor. Tapi di perusahaan itu semuanya berawal sampai saya menjadi seperti sekarang ini.
Disana saya mulai mengenal yang namanya internet. Karena memang ada fasilitas internet. Setiap meja staff ada komputer yang bisa dipakai untuk connect ke internet. Waktu kuliah, saya juga sudah mengenal internet. Tapi dulu saya taunya kalau internet itu cuma untuk email-emailan, atau baca-baca berita. Tidak ada fungsi lainnya. Dulu waktu kuliah, saya tidak pernah tertarik dengan internet. Setiap kali ketemu teman, saya tanya mau kemana? Mereka jawab, “Cek email”. Dalam hati saya mikir, “email dari siapa yang mau dicek? Sok-sok’an tu orang.” Karena waktu itu saya gak pernah gitu. Saya pernah beberapa kali buat email. Hari ini buat, besok sudah lupa. Nah, waktu saya kerja di perusahaan terakhir itu, saya bener-bener baru mengenal internet. Karena disana apa-apa pake email. Saya mau ngasi no rek ke HRD untuk transfer gaji, disuruh email. Padahal saya sudah datang ke mejanya, tinggal nulis aja kan beres, eh, disuruh email. Waktu itu saya belum tau gimana caranya pakai email di kantor. Tapi karena tuntutan kerjaan dan lingkungan kerja, akhirnya saya belajar juga. Nah, disana saya mulai sadar, bahwa internet membuat segalanya menjadi praktis.
Setelah saya menyadari gunanya internet, saya mulai mikir, “saya pingin punya bisnis yang bisa saya kerjakan dimana saja, kapan saja saya mau”. Anyplace-anytime. Saya bilang sama tunangan saya waktu itu, kebetulan kita satu kantor, namanya Linda.
“Lin, aku pengen punya kerjaan yang bisa tak kerjakan kapan saja dan dimana saja aku mau”.
Dia nyegir, “mana ada kerjaan seperti itu?”
Memang waktu itu saya belum tau, kerjaan apa. Saya cuma bilang,
“pasti ada, kerja pakai internet. Misalnya designer, masarkan lewat internet, nti ngirim designnya juga lewat internet, kan bisa.”
Tapi karena saya bukan designer, jadi saya harus mikir lagi, “kerjaan apa ya kira-kira?”
Impian saya begitu kuat. Setiap ada waktu kosong, saya browsing. Nyari-nyari bisnis apa yang bisa saya kerjakan di internet. Akhirnya saya ketemu dengan suatu peluang bisnis online. Saya tertarik dengan bisnis tersebut karena ada pelajaran tentang internet marketingnya. Sebelumnya saya kumpulin beberapa info dari sponsor saya, dan akhirnya saya join. Disitu saya mulai mengenal yang namanya internet marketing. Saya merasa menemukan jalan saya, menemukan impian saya. Apalagi upline leader saya adalah salah satu TOP internet marketer dunia. Cewek, asli Bandung, masih muda. Namanya Anne Ahira. Beliau sudah berpenghasilan ribuan dolar dari internet. Bukan hanya dari bisnis ini saja. Ini yang membuat saya semakin semangat, saya semakin yakin bahwa impian saya untuk bisa bekerja dimana saja dan kapan saja mulai terkabul.
Kerja jadi sales mobil 4 bulan, saya pindah ke perusahaan lain, jadi sales elektronik merk LG. Benernya si, saya sudah kerasan jadi sales mobil. Tapi karena godaan, gaji yang leibh tinggi, ya mau gak mau. Selain itu, perusahaannya juga giat sekali follow up saya. Panggilan pertama saya gak datang. Saya bilang dalam hati, “Ngapain, saya sudah punya kerjaan. Lagian disana sama aja, sales.” Eh, dipanggil lagi yang kedua. Karena gak enak, saya datang. Ngisi form macam-macam, sempat interview juga dengan kepala cabangnya. Malah saya sempat nawari dia mobil, untuk operasional kantor. Tapi waktu itu katanya dia sudah beli. Ndak lama, saya ditelpon, kalau gak salah, hari Rabu disuruh mampir ke kantor, ngambil surat pengantar untuk psiko test. Saya gak ambil surat pengantarnya. Hari Sabtu baru saya mampir, eh gak taunya, suratnya sudah diantar ke rumah. Bayangkan coba, pernah ndak Anda ngalami seperti itu? Dikejar-kejar ama perusahaan. Itu masa jaya-jayanya saya kali ya?
Bulan pertama kerja di sana, wah gajinya kok banyak ya? Asalnya waktu kerja jadi sales mobil, gaji cuma Rp 250rb, cuma cukup buat makan siang 1 kali dan buat beli bensin motor. Waktu itu harga bensin masih seribu lebih. Sekarang terima gaji Rp 1jt. Luar biasa kan? 4 kali lipat. Bulan kedua, masih kerasa banyak. Bulan ketiga, kok Rp 1jt rasanya sedikit ya? Sudah mulai kurang. Padahal masih ada bonus lain kalau penjualannya bagus. Tapi saya gak bisa nabung. Kalau waktu jadi sales mobil, walaupun gajinya Cuma Rp 250 ribu, tapi sampingannya, banyak. Jadi walalupun dalam satu bulan cuma jual 1 mobil, saya tetap bisa dapat duit banyak.
Lima bulan jadi sales electronic, saya keluar. Karena bosan. Bayangkan, setiap sales dikasi tanggung jawab untuk megang 20an toko, dalam dan luar kota. Setiap hari ada barang yang harus ditawari ke toko-toko itu. Jadi setiap hari kerjanya ya nelponin 20 toko itu. Pertama kali nelpon, masih basa basi, kedua kali juga masih ada bahan untuk basa basi sedikit. Lama-lama? Udah gak tau mau ngomong apa? Nah, itu yang buat saya bosan, ketemu dengan orang yang sama terus setiap hari. Itu sekitar tahun 2002. Tapi nanti kalau sama istri, pasti beda dong. Gak mungkin bosan.
Di waktu yang sama saudara saya nawari untuk jadi distributor produk bayi. Kebetulan saudara saya ditunjuk oleh pabrik produk bayi untuk jadi distributor di Jawa Timur. Jadi saya berhenti kerja selain bosan, juga karena pengen fokus di produk bayi. Sebelum saya keluar, saya sempat double kerjaan. Sambil keliling elektronik, saya juga keliling produk bayi. Nyuri-nyuri waktu gitu. Biasanya nelpon toko-toko itu pagi jam 9 jam 10an. Mulai jam 11 atau setelah makan siang di kantor, keluar untuk nagih. Biasanya toko-toko gak mau kalau didatangi jam segitu, sore baru boleh nagih. Ya udah, daripada buang waktu, saya keliling ke baby shop-baby shop, nawari produk bayi.
Kerja double itu lumayan menyita waktu. Pulang kerja, abis makan malam, saya mulai nyiapin produk bayi untuk besok dikirim. Mulai dari buat nota, ngepak barang, ngirim barang, semua saya kerjakan sendiri. Memang makan waktu dan tenaga. Tapi justru disitu saya merasa, kalau kita sibuk, kita malah jadi lebih bisa ngatur waktu. Lebih bisa menghargai waktu. Artinya apa? Di dalam kesempitan, asal mau, kita pasti bisa menemukan kesempatan. Kreativitas kita akan muncul dengan sendirinya.
Malahan setelah berhenti kerja dan memutuskan untuk fokus di produk bayi, saya malah jadi gak karuan. Pagi yang biasanya jam 7 sudah bangun, sekarang jam 10 atau jam 11 baru bangun. Abis itu, kalau malas, gak keliling. Atau kalau pas lagi keliling, udah rencana ni, mau mapir ke toko A misalnya. Eh, di tengah jalan, lagi asik-asik nyetir, teman nelpon “Dimana? Mampir sini dulu.” Jadi muter stir, belok, ke tempat teman dulu. Akhirnya gak nyari orderan. Ya, itulah tantangannya kalau kerja sendiri, jadi bos atas diri sendiri. Harus bisa disiplin.
Untung dorongan dalam diri saya cukup kuat. Saya mau berubah. Bagaimana caranya? Mulai saya cari karyawan, bagian gudang, 1 orang untuk bantu saya ngepak dan ngirim barang. Karyawan masuk jam 8, masak bos bangun jam 10? Kan gak lucu? Berarti karyawan dibayar nganggur dong? Mulai itu, saya biasa bangun pagi lagi. Saya dulu gak tahan kalau liat karyawan saya nganggur, ada perasaan rugi. Makanya kalau pas dia lagi nganggur, saya suruh dia stok opname, ngitung sisa barang yang ada di gudang. Biar gak rugi. Hahaha…
Cukup lama saya kerja produk bayi, waktu itu usaha sempat berkembang, saya punya 2 orang karyawan, 1 orang bagian gudang, 1 orang lagi administrasi. Saya bagian keliling, nyari order. Waktu kerja di electonic, setiap nagih, balik ke kantor bawa cek puluhan juta, ratusan juta. Barang elektronik kan mahal. Waktu kerja produk bayi, dapat cek 1 juta aja, senangnya minta ampun. Udah mulai ngitung, wah, dapat untung berapa ni ya? Maklum, duit sendiri. Kalau udah untung agak lumayan, makan siangnya di tempat yang agak enakan, apalagi kalau nagih, terima duit cash. Waktu itu managemen keuangannya kacau.
Nah, waktu saya kerja produk bayi, omset paling tinggi Rp 30 juta sebulan, tiba-tiba supervisor saya di dealer mobil dulu, Pak Juanda nelpon saya,
“Fen, gimana kabarnya? Ada waktu maen ke kantor.”
Ok pak, nanti saya mampir.
Namanya juga bos atas diri sendiri, mau kemana aja, kapan aja, gak masalah.
Saya mampir ke kantornya, disitu saya ditawari sebuah bisnis MLM. Saya sudah sering dengar sebelumnya, juga pernah dipresentasi. Tapi waktu itu, saya gak nyantol blas apa yang disampaikan. Terus terang saya ndak pernah negatif dengan MLM, tapi saya belum ngerti aja. Saya taunya MLM itu nyari orang, dengan agak maksa-maksa dikit. Trus penghasilannya menurut saya agak gak masuk akal. Jadi waktu itu saya cuma bilang, ya, saya pikir-pikir dulu deh pak, sambil senyum-senyum. Akhirnya saya lupakan begitu saja.
Kurang lebih 1,5 tahun kerja produk bayi, dengan terpaksa perusahaan saya harus tutup. Karena pabrik yang menyuplai produk bayi bermasalah. Nah, disini mulai saya mengalami masa-masa susah. Sempat saya nganggur 3 bulan, gak ada kerjaan. Suruh ngelamar kerja, saya males. Saya sudah merasakan enaknya kerja sendiri. Nganggur 3 bulan, saya dapat duitnya ya dari saudara saya itu, yang nawari jadi distributor produk bayi. Saya sungkan mau minta sama orang tua. Saudara saya itu sering nyuruh saya untuk ngantar surat penawaran ke PLN Gresik, kebetulan bisnis utamanya adalah general supplier alat-alat teknik. Saya sering bantu-bantu. Sering dikasi duit juga. Jadi selama 3 bulan itu, saya hidupnya dari situ.
Abis itu, waktu itu lagi musimnya direct mail. Lagi booming, dimana-mana di Surabaya, banyak muncul majalah iklan baru. Buat majalah iklan yang disebar ke rumah-rumah. Teman saya ngajak saya kerja sama buat direct mail. Isinya mobil-mobil yang mau dijual. Waktu itu ngitung-ngitung, modalnya kok kecil banget ya? Cuma Rp 5 juta sudah bisa. Nekat, kita buat. Udah pasang deadline, terbit tanggal sekian. Mulai keliling nyari orderan, nyari orang yang mau pasang iklan. Ternyata, udah dekat deadlinenya, tidak ada yang mau pasang iklan. Tapi mau bagaimana lagi? Edisi perdana, mau gak mau harus terbit. Untuk menarik kepercayaan konsumen. Akhirnya dipaksa terbit, mobilnya siapa saja yang ada, dipajang, buat rame-ramean, mobilnya saudara sepupu saya waktu itu, kebetulan dia tinggal serumah dengan saya. Mobilnya teman saya yang lain, biar penuh. Akhirnya terbit edisi perdana, garapnya sampai lembur-lembur, sampai pagi gak tidur. Edisi perdana terbit 8 halaman. Bayangkan, hanya 8 halaman, termasuk cover (4 halaman).
Usaha itu sempat jalan beberapa bulan. Selama itu, duit yang didapat cuma cukup untuk nutup biaya cetak saja. Biaya operasional lainnya, ditutup pakai tabungan masing-masing. Salah perhitungan, ternyata duit Rp 5 juta itu cuma cukup untuk biaya cetak. Biaya operasional tidak pernah diperhitungkan. Namanya juga pengusaha baru. Jadi belum tau seluk beluknya. Dulu waktu kerja produk bayi kan gak pake modal, barangnya disupply dulu, laku baru bayar.
Usaha direct mail sudah mulai kembang kempis, kita mulai mikir banting stir. Banting stir mulai coba-coba usaha advertising. Buat papan iklan. Kebetulan ada teman yang usaha buat papan iklan. Dia nawari kerja sama. Saya yang nyari order, untuk pembuatannya di sub kontrak ke teman saya itu. Sejak pertama kali berdiri, mulai dari direct mail, sampai advertising, kita sempat bertahan 1 tahun tanpa hasil. Disini saya mulai bingung. Mulai stress, setiap hari mikirin gimana caranya dapat duit? Sampai-sampai saya ndak bisa tidur. Rasanya otak ndak pernah berhenti mikir. Terus terang waktu itu saya bener-bener merasakan yang namanya stress.
Di tengah-tengah stress yang berat, saya bertemu dengan temannya tunangan saya, waktu itu masih pacar. Kebetulan dia Bos besar. Masih muda, sudah jadi bos. Neruskan usaha orang tua. Saya beranikan diri untuk ketemu dengan dia. Maksudnya mau ngajak kerja sama buat majalah iklan. Di rumah saya sudah nyiapkan apa yang mau diomongkan, tapi tanpa proposal tertulis. Omong punya omong, akhirnya saya ditawari untuk kerja di perusahaannya. Karena butuh dana, tawaran itu saya terima. Saya bekerja sebagai marketing & promotion staff. Dengan gaji awal Rp 1,5 juta. Usaha direct mail dan advertising saya tutup. Partner saya yang masih melanjutkan sendiri untuk usaha advertisingnya.
6 bulan kerja di tempat baru, gaji saya habis untuk bayar hutang yang harus saya tanggung di usaha saya yang sebelumnya.
Seperti yang sudah-sudah, saya juga mulai bosan bekerja disitu. Setiap hari saya harus pergi pagi, pulang petang, penghasilan pas-pasan. Selain itu saya juga gak pernah betah untuk seharian stay di kantor. Tapi di perusahaan itu semuanya berawal sampai saya menjadi seperti sekarang ini.
Disana saya mulai mengenal yang namanya internet. Karena memang ada fasilitas internet. Setiap meja staff ada komputer yang bisa dipakai untuk connect ke internet. Waktu kuliah, saya juga sudah mengenal internet. Tapi dulu saya taunya kalau internet itu cuma untuk email-emailan, atau baca-baca berita. Tidak ada fungsi lainnya. Dulu waktu kuliah, saya tidak pernah tertarik dengan internet. Setiap kali ketemu teman, saya tanya mau kemana? Mereka jawab, “Cek email”. Dalam hati saya mikir, “email dari siapa yang mau dicek? Sok-sok’an tu orang.” Karena waktu itu saya gak pernah gitu. Saya pernah beberapa kali buat email. Hari ini buat, besok sudah lupa. Nah, waktu saya kerja di perusahaan terakhir itu, saya bener-bener baru mengenal internet. Karena disana apa-apa pake email. Saya mau ngasi no rek ke HRD untuk transfer gaji, disuruh email. Padahal saya sudah datang ke mejanya, tinggal nulis aja kan beres, eh, disuruh email. Waktu itu saya belum tau gimana caranya pakai email di kantor. Tapi karena tuntutan kerjaan dan lingkungan kerja, akhirnya saya belajar juga. Nah, disana saya mulai sadar, bahwa internet membuat segalanya menjadi praktis.
Setelah saya menyadari gunanya internet, saya mulai mikir, “saya pingin punya bisnis yang bisa saya kerjakan dimana saja, kapan saja saya mau”. Anyplace-anytime. Saya bilang sama tunangan saya waktu itu, kebetulan kita satu kantor, namanya Linda.
“Lin, aku pengen punya kerjaan yang bisa tak kerjakan kapan saja dan dimana saja aku mau”.
Dia nyegir, “mana ada kerjaan seperti itu?”
Memang waktu itu saya belum tau, kerjaan apa. Saya cuma bilang,
“pasti ada, kerja pakai internet. Misalnya designer, masarkan lewat internet, nti ngirim designnya juga lewat internet, kan bisa.”
Tapi karena saya bukan designer, jadi saya harus mikir lagi, “kerjaan apa ya kira-kira?”
Impian saya begitu kuat. Setiap ada waktu kosong, saya browsing. Nyari-nyari bisnis apa yang bisa saya kerjakan di internet. Akhirnya saya ketemu dengan suatu peluang bisnis online. Saya tertarik dengan bisnis tersebut karena ada pelajaran tentang internet marketingnya. Sebelumnya saya kumpulin beberapa info dari sponsor saya, dan akhirnya saya join. Disitu saya mulai mengenal yang namanya internet marketing. Saya merasa menemukan jalan saya, menemukan impian saya. Apalagi upline leader saya adalah salah satu TOP internet marketer dunia. Cewek, asli Bandung, masih muda. Namanya Anne Ahira. Beliau sudah berpenghasilan ribuan dolar dari internet. Bukan hanya dari bisnis ini saja. Ini yang membuat saya semakin semangat, saya semakin yakin bahwa impian saya untuk bisa bekerja dimana saja dan kapan saja mulai terkabul.
Subscribe to:
Posts (Atom)