Wednesday, January 03, 2007

Sumbawa Besar

Antara bulan Oktober-November 2005 saya berada di Sumbawa Besar, kota kelahiran saya. Sumbawa Besar merupakan sebuah kota kecil di propinsi Nusa Tenggara Barat (NTB). Karena kota kecil, keadaannya jauh lebih sepi dari Surabaya. Hidup di Sumbawa terasa lebih santai, tidak gampang stress karena macet-macetan di jalan. Di Sumbawa juga tidak ada tempat hiburan seperti di Surabaya, jadi duitnya awet. Saya biasanya cuma kumpul-kumpul dengan teman, ngobrol kesana kemari.

Senang rasanya bisa kumpul lagi bareng teman lama. Ingat-ingat lagi waktu masih sekolah dulu. Terus terang, selama saya sekolah, saya paling senang pas waktu SMP. Rasanya hidup tanpa beban, tiap hari bisa kumpul teman. Kalau waktu di Surabaya, mau kumpul teman agak susah, mau kemana-mana jauh. Kalau di Sumbawa, mau kemana-mana tinggal jalan kaki atau naik sepeda aja.

Sebagian besar teman saya sudah memiliki usaha sendiri. Ada yang buka toko, usaha tambak udang, dagang hasil bumi, dan lain-lain. Ini salah satu toko teman akrab saya dari kecil, Jeffry. Tokonya di kecamatan Empang, sekitar 100 km dari Sumbawa Besar.



Kalau ini tokonya kakak saya yang paling besar. Jualan barang-barang elektronik. Kita biasanya duduk-duduk ngobrol di depan toko aja.



Waktu itu, kami juga sempat buat acara. Kumpulin semua teman, malam-malam setelah tutup toko, kami bakar ikan di pinggir pantai. Ikannya bener-bener segar. Baru ditangkap, langsung dibakar.



Pengen banget bisa sering-sering seperti ini. Ini salah satu impian saya. Mesra kan?



Yeah, TOAST 4 Success



Oya, sebelum pulang ke Sumbawa, saya sempat hadir di acara Vision Seminar tanggal 9 Oktober 2005 di ballroom PTC. Vision Seminar itu pertemuan terbesar Unicore. Unicore adalah support system yang mengajarkan bagaimana cara menjalankan bisnis Tianshi. Kebetulan waktu itu pembicaranya adalah peringkat tertinggi se-Asia Tenggara, Bapak Louis Tendean.
Saya ingin memperkuat keyakinan saya terhadap Tianshi. Saya ingin melihat sendiri, bagaimana si Pak Louis? Sehingga nantinya saya juga bisa bercerita dengan yakin kepada orang lain. Waktu itu saya juga sempat foto bareng.



Ini bareng sponsor saya dan downline saya yang pertama. Dari kiri ke kanan, Charles, downline saya yang pertama, terus ini yang paling tinggi, Pak Juanda, Pak Louis, dan saya. Fotonya kurang jelas, maklumlah, pakai Hp.



Bagi Anda yang belum bergabung dengan Tianshi, jangan putuskan untuk bergabung dulu sebelum Anda hadir di Vision Seminar. Sedangkan bagi Anda yang sudah bergabung tapi masih belum yakin, datang ke Vision Seminar terdekat dan buktikan sendiri. Bila Anda ingin tau, seperti apa si Vision Seminar itu? Kunjungi link berikut

http://www.unitedcorevision.blogspot.com

Saya pulang ke Sumbawa dengan membawa beberapa starter kit, produk dan alat bantu dari Surabaya karena waktu itu di Sumbawa belum ada stockist. Saya join Tianshi 13 Juni 2005. ID# saya 7913.9717



Selama bulan Juni sampai Oktober saya di Surabaya, saya tidak pernah melakukan presentasi sendiri. Saya cuma belajar dari OPP, melihat Pak Juanda dan Pak Geofanny melakukan presentasi. Tapi luar biasanya, waktu saya di Sumbawa, saya langsung bisa melakukan presentasi sendiri. Karena yang dipresentasikan kan itu-itu aja. Saya sampai sering bilang ke jaringan saya, “burung beo aja kalau tiap hari didengarin kaset Presentasi Standardnya dari Unicore, suatu saat pasti bisa presentasi.” Itulah hebatnya sebuah system. Apalagi support system Unicore sudah terbukti sukses. Sudah banyak sekali orang yang sukses di bisnis ini karena mengikuti system yang diajarkan oleh Unicore.

Saya sempat di Sumbawa kurang lebih 1 bulan. Saya genjot kerja, bangun jaringan dengan cara offline tentunya. Waktu itu saya masih belum memiliki dana untuk membuat website. Karena menurut orang-orang yang saya kenal di MLM online yang dulu itu, kalau mau jalankan bisnis dengan cara online, ya harus punya website. Waktu itu untuk buat website perlu dana sekitar Rp 5 juta. Itu masih belum ditambah biaya maintenance dan promosi. Kalau untuk buat website saja si bisa, tapi bagaimana dengan biaya operasionalnya? Terpaksa harus saya tunda dulu impian saya. Bukan berarti saya lupakan. Saya yakin, suatu saat saya pasti akan dapat mewujudkan impian saya, saya pasti menemukan jalan keluar.

Satu bulan mengembangkan Tianshi di Sumbawa, saya merasa menemukan jalan untuk mewujudkan impian saya. Saya mulai sadar bahwa untuk memiliki sebuah bisnis yang bisa dikerjakan kapan saja dan dimana saja, tidak harus secara online. Contohnya Tianshi. Tianshi dapat dikerjakan anyplace-anytime. Karena Tianshi sudah memiliki jaringan di lebih dari 200 negara. Jadi, dimanapun kita berada, kita bisa menjalankan bisnis tersebut. Kita bisa memiliki jaringan dimana saja di seluruh dunia. Walaupun kita pindah ke negara lain sekalipun, kita tidak perlu mulai dari awal lagi, tidak perlu mendaftar lagi. Keanggotaannya berlaku internasional. Dimanapun kita belanja produk, omset kita tetap diperhitungkan, tetap diakumulasi tanpa batas waktu.

Dalam hidup, kita selalu dihadapkan dengan pilihan. Dan pilihan itu ada di tangan kita. Hanya kita yang berhak menentukan jalan hidup kita sendiri. Tidak ada orang lain yang bisa mengatur. Saat saya merasa sudah menemukan kembali jalan saya, saya sudah tidak memiliki keinginan yang kuat lagi untuk berangkat ke Taiwan. Tapi karena sudah terlanjur mengurus semuanya, akhirnya saya bilang pada diri saya, “kalau visa keluar, berarti saya harus berangkat. Kalau visa tidak keluar, berarti saya tetap di Sumbawa untuk mengembangkan jaringan saya.” Waktu itu kabarnya, visa untuk ke Taiwan agak susah. Daripada bingung milih, gitu aja paling gampang. Dan kebetulan juga, saya dapat info dari Pak Louis, pas ketemu waktu Vision Seminar, bahwa kantor perwakilan Tianshi di Taiwan akan segera buka.

Akhir Oktober 2005, visa saya keluar. Berarti saya harus berangkat ke Taiwan. 1 bulan membangun jaringan, harus saya tinggalkan untuk berangkat ke Taiwan. Saya tidak bisa berbuat banyak waktu itu. Saya mendapat cukup banyak downline dalam waktu 1 bulan. Kakak kandung saya, ponakan saya, teman SMP saya. Saya wariskan ilmu dan alat bantu seadanya. Maklum, masih baru jadi ilmunya terbatas. Waktu itu di Sumbawa belum ada stockist, jadi urusan pesan barang dan bonus, diurus sama ponakan saya.

Pertengahan November 2005 saya kembali ke Surabaya untuk menyiapkan segala keperluan sebelum berangkat ke Taiwan. Saya juga membawa beberapa alat bantu, materi-materi untuk saya belajar. Tepat tanggal 19 November 2005 malam, saya dan Linda berangkat ke Taiwan. Tanggal 20 November 2005 pagi, kami tiba di Taiwan, dijemput kakak ipar saya. Waktu itu mulai masuk musim dingin.

No comments: